Imbas Pandemi Korona terhadap Kinerja PT Puradelta Lestari Tbk
JAKARTA, investor.id- Dampak pandemi virus Korona (Covid-19) dapat menekan kinerja keuangan PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) tahun ini. Pandemi ini bakal mengakibatkan penundaan pembelian lahan industri oleh sejumlah perusahaan, setidaknya pada semester I-2020. Sementara itu, realisasi pertumbuhan kinerja keuangan Puradelta sepanjang 2019 telah melampaui perkiraan Sinarmas Sekuritas dan konsensus analis. Pencapaian pengembang Kota Deltamas tersebut didorong oleh kenaikan penjualan lahan industri seiring proyek kereta api cepatJakarta-Bandung. Analis Sinarmas Sekuritas Richardson Raymond mengungkapkan, Puradelta berhasil mencetak pendapatan tertinggi pada 2019, terhitung sejak perseroan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pendapatan perseroan bertumbuh 156%menjadi Rp 2,76 triliun. Begitu juga dengan laba bersih naik 169% menjadi Rp 1,33 triliun.
“Perolehan pendapatan tersebut setara dengan 170,4% dari target yang kami tetapkan dan merefleksikan 154,8% dari konsensus analis. Begitu juga dengan pencapaian laba bersihnya setara dengan 146,2% dari target kami dan mencapai 144,1% dari consensus analis,” tulis Richardson dalam risetnya, baru-baru ini. Dia menegaskan, lonjakan penjualan tersebut didukung oleh penjualan lahan komersial terkait proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung senilai Rp 485 miliar. Penjualan tersebut menjadi penyumbang terbesar penjualan lahan komersial perseroan tahun lalu yang senilai total Rp 603 miliar. Perseroan juga membukukan penjualan lahan seluas 77,7 hektare (ha) kepada Hyundai senilai Rp 1,4 triliun yang dicatatkan sebagai pendapatan perseroan pada kuartal IV-2019. Terkait kinerja keuangan tahun ini, Puradelta telah mengantongi pesanan lahan senilai Rp 510 miliar, yang bakal dicatatkan sebagai pendapatan 2020. Meski demikian, penjualan lahan perseroan tahun ini diperkirakan turun menjadi Rp 1,69 triliun dibandingkan realisasi tahun lalu Rp 2,97 triliun. Puradelta telah menerima pemesanan lahan seluas 170 ha, yaitu 70 ha dari perusahaan otomotif, 50 ha untuk pusat data dan pergudangan, dan 50 ha untuk segmen usaha lainnya. Pesanan ini diharapkan menjadi penopang kinerja keuangan perseroan ke depan. “Pandemi Covid-19 berpotensi membuat penundaan keputusan pembelian lahan industri. Sejumlah perusahaan kemungkinan menunda sementara pembukaan bisnis baru, ekspansi, maupun relokasi. Pembelian lahan industri berpotensi ditunda ke semester II tahun ini atau kuartal I-2021,” ungkap Richardson. Manajemen Puradelta memang mengakui bahwa beberapa lahan industri yang telah dipesan bakal direalisasikan pada kuartal I tahun ini. Karena itu, penjualan beberapa lahan industri kemungkinan dicatatkan sebagai pendapatan pada kuartal I tahun ini.
Adapun potensi penundaan pembelian lahan industry mendorong Sinarmas Sekuritas untuk merevisi target kinerja keuangan Puradelta tahun 2020 dan 2021. Perkiraan pendapatan tahun ini direvisi turun dari Rp 2,05 triliun menjadi Rp 1,67 triliun dibandingkan perolehan tahun lalu Rp 2,65 triliun. Proyeksi laba bersih tahun ini juga dipangkas dari Rp 1,03 triliun menjadi Rp 833 miliar dibandingkan pencapaian tahun 2019 sebesar Rp 1,33 triliun. Sedangkan target pendapatan tahun 2021 direvisi turun dari Rp 1,99 triliun menjadi Rp 1,6 triliun. Begitu juga dengan laba bersih direvisi turun dari proyeksi semula Rp 1 triliun menjadi Rp 792 miliar. Sinarmas Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham DMAS, namun target harga direvisi turun menjadi Rp 280. Target harga tersebut menggambarkan diskon sekitar 82% dari perkiraan revised net asset value (RNVA) sebesar Rp 695 per saham. Sinarmas Sekuritas menyebutkan bahwa harga saham DMAS saat ini dinilai sudah terlalu murah, apalagi Puradelta tercatat sebagai perusahaan tanpa utang dan perusahaan tidak menganggarkan dana pembelian lahan. Perseroan diperkirakan tetap membagikan dividen besar tahun ini mencapai 100% dari keuntungan, karena perseroan memiliki kas internal yang kuat. Sementara itu, analis Danareksa Sekuritas Victor Stefano mengungkapkan, Puradelta diperkirakan membukukan penjualan lahan industri senilai Rp 1,1 triliun tahun ini atau jauh di bawah proyeksi manajemen perseroan yang mencapai Rp 2 triliun.
“Kami memperkirakan penjualan lahan industri perseroan hanya mencapai 43 hektare tahun ini, dengan rata-rata harga jual Rp 2 juta per meter persegi,” tulis dia dalam risetnya. Victor menegaskan, pandemic Covid-19 bisa berimbas terhadap penundaan pembelian lahan industri oleh sejumlah perusahaan sepanjang tahun ini. “Meskipun perseroan mencatatkan permintaan lahan industri yang besar mencapai 170 ha, kami meyakini bahwa pembelian lahan tersebut kemungkinan ditunda akibat ketidakpastian yang tinggi akibat pandemic Covid-19,” jelas dia. Ketidakpastian akibat pandemi ini mendorong Danareksa Sekuritas untuk merevisi turun target harga saham DMAS menjadi Rp 150, dengan rekomendasi beli. Target harga tersebut merefleksikan diskon sebesar 80% dari perkiraan nilai aset bersih (NAV) perseroan.
Sumber: Investor Daily